Friday, February 12, 2016

50.000 Orang Terusir akibat Pertempuran di Aleppo


AFP PHOTO / JOSEPH EID Anak-anak berjalan di dekat poster Presiden Suriah Bashar al-Assad di Sleiman al-Halabi, Aleppo, 16 November 2014.
Gelombang peperangan yang terjadi di provinsi Aleppo, Suriah, telah mengakibatkan sekitar 50.000 orang mengungsi, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) memperingatkan.

Pihak ICRC pun menambahkan bahwa situasi kemanusiaan di wilayah tersebut semakin memburuk, dengan terputusnya pasokan air bersih ke kota Aleppo.

Pemerintah Suriah berupaya untuk merebut kembali sejumlah wilayah yang dikuasai pemberontak di kota utama dengan didukung oleh kekuatan udara Rusia.

Turki berada di bawah tekanan untuk mengizinkan masuknya sekitar 30.000 pengungsi Suriah yang terdampar di perbatasan.

Dalam sebuah pernyataan, ICRC mengatakan jalur untuk memasok bantuan telah diputus, yang menyebabkan sejumlah warga sipil berada di bawah "tekanan hebat".

"Suhu yang sangat rendah dan, tanpa persedian makanan yang cukup, kebutuhan air dan tempat tinggal, membuat para pengungsi berusaha bertahan dalam kondisi yang sangat genting," kata kepala ICRC di Suriah, Marianne Gasser.

Organisasi Medecins Sans Frontieres (MSF) telah memperingatkan bahwa pertempuran di Azaz, dekat perbatasan Turki, telah menyisakan sistem kesehatan yang "hampir runtuh."

Para pengungsi baru yang datang akibat pertempuran dipaksa untuk mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsi yang sudah dipadati pengungsi lainnya, menurut badan amal.

"Sejumlah orang, termasuk anak-anak dan para orangtua, berisiko terjebak tinggal di tempat terbuka dalam kondisi suhu yang sangat dingin, setidaknya selama beberapa hari," ujar salah seorang dari MSF Muskilda Zancada.

Turki telah menampung lebih dari 2,5 juta pengungsi Suriah selama lima tahun terakhir.

Badan PBB mengatakan, bantuan untuk 300.000 jiwa pengungsi bisa terhenti, jika serangan yang digencarkan oleh pasukan pemerintah Suriah dan milisi yang didukung Iran ini mengepung wilayah Aleppo.

Lebih dari 500 orang, termasuk puluhan warga sipil, telah tewas sejak serangan itu dimulai pada awal bulan ini, menurut kelompok pemantau hak asasi manusia, Syrian Observatory for Human Rights.

Di tempat lain, para pejuang Kurdi telah diusir oleh pemberontak anti-pemerintah lainnya dari pangkalan udara Menagh, di Suriah utara, pihak Observatorium mengatakan kepada kantor AFP.

Rusia didesak hentikan serangan

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, Rabu (10/1/2016), sejumlah negara Eropa kembali mendesak Rusia untuk menghentikan serangan udara dalam mendukung sekutunya, Suriah.

Seruan ini muncul sebelum pertemuan yang diadakan hari Kamis (11/2/2016) antara pihak-pihak kunci di Muenchen, Jerman, yang bertujuan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang sebelumnya menemui kegagalan.

"Rezim Suriah dan sekutunya tidak bisa berpura-pura mengulurkan tangan mereka kepada pihak oposisi, di saat tangan mereka yang lainnya mencoba untuk menghancurkan mereka sendiri," ujar duta besar Perancis untuk PBB, Francois Delattre, kepada para awak media.

Namun, duta besar Rusia Vitaly Churkin mengatakan negaranya tidak akan "menyesal" atas semua tindakannya.

Dia menuding para anggota Dewan Keamanan lainnya mengeksploitasi situasi kemanusiaan untuk kepentingan politik mereka sendiri.

Rusia mengatakan, serangan-serangan itu menargetkan apa yang mereka sebut sebagai teroris, tetapi negara-negara Barat mengatakan mereka telah dimanfaatkan untuk memerangi kelompok-kelompok oposisi yang melawan pemerintah Suriah. 
Editor : Farid Assifa
Sumber: BBC Indonesia dan KOMPAS.com

No comments:

Post a Comment