Presiden Obama (nataranews.com)
WASHINGTON DC – Kendati usulan gencatan
senjata disepakati sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan
Rusia pada pertemuan di Munich, Jerman, beberapa waktu lalu, nyatanya
serangan udara Rusia ke Suriah masih dilancarkan.
Padahal menurut perjanjian, serangan pemboman masih boleh dilakukan,
asal dengan menargetkan ISIS, bukan menargetkan basis-basis oposisi
penentang Presiden Suriah, Bashar al-Assad yang notabene sekutu Presiden
Rusia, Vladimir Putin.
Terkait hal ini, Presiden AS, Barack Obama pun sampai merasa harus
bicara secara pribadi pada Putin via telefon, untuk tidak hanya
membicarakan situasi di Suriah, tapi juga Ukraina.
Obama menelefon Putin untuk memintanya stop melakukan pemboman, terhadap posisi-posisi kelompok oposisi moderat.
“Presiden Obama menekankan pentingnya Rusia bermain dalam peran
konstruktif dengan menghentikan serangan udaranya terhadap oposisi
moderat Suriah,” ungkap keterangan pers Gedung Putih, terkait komunikasi
Obama-Putin tersebut, dikutip IB Times, Senin (15/2/2016).
Sementara sebagai tanggapan atas permintaan Obama itu, Kremlin
menyingkap pernyataan, di mana Putin meminta AS yang memimpin koalisi di
zona konflik Suriah, mesti menghentikan kebijakan standar ganda
mereka.
“Sekali lagi, Presiden Rusia
menekankan pentingnya mengorganisir front bersama anti-teroris, di mana
standar ganda (AS) dihilangkan,” timpal pernyataan Kremlin.
“Dia (Putin) merujuk pada dibutuhkannya kedekatan kontak antara
wakil otoritas pertahanan Rusia dan AS, demi membentuk serangan yang
sistematis dan sukses terhadap ISIS dan organisasi teroris (oposisi)
lainnya,” tandas pernyataan Kremlin.
(raw) Sumber : sindonews.com
No comments:
Post a Comment