Sejumlah anak-anak berkumpul di api unggun
untuk menghangatkan tubuhnya dari udara dingin di perbatasan Bab
al-Salameh. Pemerintah Turki memperkirakan sekitar satu juta penduduk
Suriah melarikan diri ke perbatasan setelah serangan Rusia di wilayah
tersebut. dailymail.co.uk
Moskow
- Rusia menyatakan siap melakukan gencatan senjata di Suriah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Gennady
Gatilov, Kamis, 11 Februari 2016, sebagaimana dikutip kantor berita
Rusia, TASS.
"Kami siap mendiskusikan gencatan senjata di Suriah," ucap Gatilov kepada TASS. Dia menambahkan, "Masalah ini akan dibicarakan di Munich, Jerman." Gatilov mengatakan, hasil perundingan damai dapat diketahui sebelum 25 Februari 2016.
Pada Rabu dinihari waktu setempat, 10 Februari 2016, kantor berita Reuters mengutip keterangan pejabat Barat yang tak bersedia disebutkan namanya. Dia mengatakan Rusia mengusulkan sebuah gencatan senjata di Suriah dimulai pada 1 Maret 2016.
Wartawan Al Jazeera, Gabriel Elizondo, yang berada di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, melaporkan bahwa Duta Besar Rusia untuk PBB tidak bersedia dimintai konfirmasi soal usul gencatan senjata di Suriah. "Tidak ada kesepakatan yang dicapai. Duta Besar Rusia untuk PBB berbicara masalah umum tentang gencatan senjata di Suriah sebagai bagian dari negosiasi. Ketika kami tanya lebih rinci, beliau tidak bersedia menjelaskan lebih banyak," kata Elizondo.
Kekuatan besar yang akan mengadakan pertemuan di Munich, Jerman, pada Kamis, 11 Februari 2016, di antaranya Rusia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Iran. "Mereka bertemu di Jerman dalam rangka menghidupkan kembali perdamaian di Suriah," tulis Al Jazeera, Kamis.
Keberadaan Rusia di Suriah dituding Amerika dan sekutunya memperkeruh konflik yang ada di sana. Serangan udara Rusia tak cuma menyerang basis pemberontak, tapi juga menewaskan warga sipil.
"Kami siap mendiskusikan gencatan senjata di Suriah," ucap Gatilov kepada TASS. Dia menambahkan, "Masalah ini akan dibicarakan di Munich, Jerman." Gatilov mengatakan, hasil perundingan damai dapat diketahui sebelum 25 Februari 2016.
Pada Rabu dinihari waktu setempat, 10 Februari 2016, kantor berita Reuters mengutip keterangan pejabat Barat yang tak bersedia disebutkan namanya. Dia mengatakan Rusia mengusulkan sebuah gencatan senjata di Suriah dimulai pada 1 Maret 2016.
Wartawan Al Jazeera, Gabriel Elizondo, yang berada di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, melaporkan bahwa Duta Besar Rusia untuk PBB tidak bersedia dimintai konfirmasi soal usul gencatan senjata di Suriah. "Tidak ada kesepakatan yang dicapai. Duta Besar Rusia untuk PBB berbicara masalah umum tentang gencatan senjata di Suriah sebagai bagian dari negosiasi. Ketika kami tanya lebih rinci, beliau tidak bersedia menjelaskan lebih banyak," kata Elizondo.
Kekuatan besar yang akan mengadakan pertemuan di Munich, Jerman, pada Kamis, 11 Februari 2016, di antaranya Rusia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Iran. "Mereka bertemu di Jerman dalam rangka menghidupkan kembali perdamaian di Suriah," tulis Al Jazeera, Kamis.
Keberadaan Rusia di Suriah dituding Amerika dan sekutunya memperkeruh konflik yang ada di sana. Serangan udara Rusia tak cuma menyerang basis pemberontak, tapi juga menewaskan warga sipil.
AL ARABIYA| AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN
Sumber : TEMPO.CO
No comments:
Post a Comment